by

Sejarah Kota Bosra

Salah satu kota penting di Suriah adalah Bosra. Di kota ini terdapat banyak peninggalan sejarah, diantaranya adalah reruntuhan pasar kuno dan teater Romawi, yang didirikan pada abad 2 Sebelum Masehi.

Keterangan tentang Bosra terungkap dalam tulisan di batu prasasti yang diperkirakan ditulis pada abad 14 Sebelum Masehi, yang menulis adanya kafilah-kafilah terkenal dengan sebutan Akadia, Amoria, Nabatia dan Ghasani.

Sejarah kota Bosra tidak bisa lepas dari Petra yang dibangun oleh kaum Nabatia pada abad 4 SM. Kerajaan utara Bosra juga mulai berkembang pada abad 4 SM. Bosra merupakan daerah bagi para pedagang Arab, China, India dan Romawi. Bosra pada masa jayanya termasuk dalam lima pasar utama di Semenanjung Arab. Di reruntuhan pasar, banyak pedagang yang menjajakan keramik kuno dan koin-koin kuno yang menjadi alat tukar pada masa itu.

Benteng Bosra dibangun pada abad pertama sebelum Masehi. Pada waktu perang Salib yang dipimpin Sholahuddin al-Ayyubi, benteng Bosra menjadi markas pertahanan utama bagi pertahanan dan perlindungan kaum Muslimin. Kota Bosra pada masa kejayaannya berbentuk bulat dan telah hancur sewaktu terjadi gempa pada abad 11 M,  kemudian dihancurkan oleh bangsa Mongol pada tahun 1261 M. Lalu terjadi gempa lagi pada abad ke-14 M. Pada tahun 1854 M rumah warga di Bosra hanya tinggal 14, namun terus berkembang hingga sekarang ini.

Teater Bosra merupakan situs terpenting karena merupakan salah satu teater yang terbesar yang pernah dibuat bangsa Romawi pada masanya, yakni pada abad ke 2 Masehi. Teater ini berbentuk setengah lingkaran, terdiri dari 3 tingkat berdiameter lebih 100 meter dan memuat sekitar 15.000 penonton. Tingkat pertama terdapat 14 tribun, tingkat kedua 18 tribun dan tingkat ketiga 5 tribun. Setiap kelas dibatasi oleh dinding batu.

Kisah menakjubkan dan abadi adalah di Bosra inilah seorang rahib bernama Buhaira takjub menyaksikan anak laki-laki bernama Muhammad, karena awan selalu bergerak memayungi ke manapun Muhammad kecil melangkah. Sang rahib lalu menghampirinya. Buhaira memeriksa sekujur tubuh Muhammad untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu.

Ia akhirnya menemukan tanda kenabian di punggung Muhammad, di antara kedua pundaknya, lalu ia menciumnya. Menyaksikan tanda-tanda kenabian itu, Buhaira berpesan kepada sang paman Abu Thalib, agar menjaga keponakannya dengan hati-hati, karena dia adalah calon rasul yang dinanti umat manusia.

Kontributor :     Didi Syahputra

News Feed