by

Alasan Mengapa Jumat Disebut Tuan Semua Hari

SAMARAFM.COM-Tulungagung. Hari Jumat memiliki makna penting dalam Islam. Dalam Islam, hari Jumat juga disebut sebagai ‘sayyidul ayyam’ atau bermakna tuannya semua hari. Dengan demikian, hari Jumat adalah hari yang istimewa dalam Islam.

Pakar Alquran Indonesia, Dr KH Ahsin Sakho Muhammad, mengatakan bahwa makna sayyid (tuan) pada hari Jumat berarti hari tersebut adalah hari paling utama dari semua hari dalam perspektif Islam.

Hal demikian seperti dikatakan Rasulullah SAW, “Sungguh hari Jumat adalah tuannya hari-hari dan yang paling agung di sisi Allah” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Pernyataan demikian juga diriwayatkan dalam beberapa hadits lainnya.

Kiai Ahsin mengatakan, Jumat adalah hari rayanya umat Islam. Sebagaimana dikatakan Rasulullah, “Ini (hari Jumat) adalah hari yang dijadikan Allah sebagai hari raya bagi kaum Muslimin” (HR Ibnu Majah dan ath-Thabrani).

“Dalam hadis disebutkan, sebaik-baiknya hari di mana matahari terbit adalah hari Jumat. Sebab di hari Jumat, Nabi Adam diciptakan dan dimasukkan ke dalam surga, Nabi Adam juga diturunkan ke bumi dari Surga pada Jumat, diterima taubatnya juga pada Jumat. Dan hari kiamat terjadi pada Jumat,” kata Kiai Ahsin, saat dihubungi Republika.co.id.

Di dalam Alquran, Jumat secara khusus menjadi nama sebuah surah, yakni AlJumuah. Pada Jumat juga, Allah SWT selesai menyelesaikan pekerjaan dalam menciptakan langit dan bumi. Penciptaan langit dan bumi tersebut dimulai pada Ahad.

Hari Jumat adalah hari beribadah. Imam Ibnu Qayyim berkata, “Allah menjadikan bagi setiap penganut agama suatu hari di mana mereka meluangkan pada hari itu untuk beribadah dan mereka mengosongkan dari berbagai kesibukan dunia.”

Kiai Ahsin menuturkan, disunahkan untuk memperbanyak zikir, shalawat, membaca Alquran dan ibadah di hari Jumat. Kegiatan do’a dan ibadah tersebut, menurutnya, dimulai dari malam Jumat. Saat itulah, para malaikat akan mencatat shalawat yang dilantunkan dan melaporkannya kepada Nabi Muhammad saw.

Selain itu, disunahkan untuk membaca surah al-Kahfi pada Jumat. Sebab, menurutnya, barang siapa yang membaca surah tersebut pada malam atau hari Jumat, Allah akan memberikan cahaya dan pahala kepadanya.

Imam Nawawi mengatakan, bahwa hari Jumat adalah hari berdoa, zikir dan ibadah. Dalam hal ini, umat Muslim biasanya mandi untuk berangkat shalat Jumat di masjid. Kemudian, mereka akan mendengarkan khutbah dari khatib saat shalat Jumat.

Bahkan, pada Jumat terdapat waktu yang mustajab untuk berdoa. Kiai Ahsin mengatakan, ada satu waktu yang sedikit di hari Jumat yang doanya mustajab. JIka Muslim berdoa pada waktu itu, maka doanya akan diijabah Allah SWT.

Namun demikian, para ulama berbeda pendapat akan kapan waktu tersebut. Sebagian ulama berpendapat waktu itu adalah saat khatib berada di mimbar hingga selesai. Sementara sebagian lagi ulama berpendapat waktu tersebut adalah di waktu setelah ashar hingga Maghrib pada Jumat.

Sesuai asal katanya, Jumat dari kata Jama’a bermakna ‘berkumpul’. Karena itulah, Kiai Ahsin mengatakan bahwa Jumat adalah hari berkumpulnya umat Islam untuk melaksanakan ibadah shalat Jumat secara berjamaah. Di dalam surah al-Jumuah disebutkan secara khusus tentang hari Jumat.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS al-Jumuah:9).

Dengan demikian, dia mengatakan bahwa shalat Jumat dilaksanakan dalam rangka pertemuan pekanan bagi kaum Muslimin. Selain itu, hal ini juga semacam imbauan bagi kaum Muslim untuk bersatu.

“Setiap harinya, ada shalat lima waktu yang bisa dikerjakan secara berjamaah. Setiap pekannya, ada shalat Jumat dan setiap tahunnya ada shalat ied yang dikerjakan berjamaah,” kata mantan rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) ini.

Pada Jumat inilah, umat Muslim berkumpul di masjid untuk melaksanakan shalat Jumat. Hal ini dikatakan Kiai Ahsin tidak terdapat pada hari yang lain. Karena itu, berjalannya seorang Muslim ke masjid pun mendapat pahala yang besar.

Pada saat khatib sudah naik ke mimbar, malaikat pencatat amal sudah menutup catatan bukunya. Dalam hal ini, ia menjelaskan bahwa malaikat mencatat orang yang datang ke masjid pada awal waktu dan menutup catatan bukunya begitu khatib naik ke mimbar.

Dosen di Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) ini mengatakan karena hari Jumat adalah hari raya umat Islam, maka dilarang untuk berpuasa di hari itu tanpa ada sebab tertentu. Namun, menurutnya, diperbolehkan berpuasa pada Jumat jika beberapa hari sebelumnya atau sesudahnya juga melakukan puasa.

Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Janganlah ada di antara kamu yang berpuasa pada Jumat kecuali jika dia berpuasa pada hari-hari sebelumnya atau sesudahnya” (HR Bukhari dan Muslim).

sumber : republika

News Feed